Desa Pacung

Kecamatan Tejakula tergolong wilayah rawan bencana, baik itu bencana kebakaran, tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, gelombang pasang dan lainnya. Kendala yang dihadapi ketika terjadi bencana, sulit mencari relawan yang menıiliki pengalaman, nutuk melakukan penanggulangan sementara. Untuk itu pembentukan relawan yang memiliki peralatan keja secara swadaya perlu dibentuk dan diberdayakan, agar upaya penanggulangan apabila teıjadi bencana segera dapat diambil langkah-langkah sebelum bantuan datang. Atas dasar itu Pemerintah Kecamatan Tejakula melalui Seksi Ketentraman dan Ketertiban dan Satuan Polisi Pamong Praja mendorong desa agar di setiap desa ada relawan yang dapat digerakkan sewaklu-waktu ketika terjadi bencana diwilayah desanya.

Sering terjadinya keterlaınbatan penanganan kebencanaan di desa diakibatkan belum dipahanıinya langkah-langkah penanganan bencana, baik oleh institusi yang ditunjuk utuk melakukan langkah-langkah ke daruratan jika terjadi bencana ataupun karena minimnya sarana prasarana yang dimiliki. Partisipasi masyarakat sebenarnya sangat tinggi dan responsif jika terjadi bencana, namun ketika teradi bencana mereka hanya bisa terdiam diri atau melakukan langkah- langkah kecil untuk menanggulangi dampak bencana, di karenakan minimnya peralatan yang tersedia Hal tersebut diperparah lagi, masyarakat belum mengetahui pengetahuan yang cukup untuk melakukan penanganan bencana, akibat teknis penanganan bencana belum diketahui.

Sementara ini upaya penanganan bencana yang dapat dilakukan hanya sebatas melakukan koordinasi kepada para pihak yang memang secara khusus bertanggung jawab dalam penanganan bencana. Tentu karena jauhnya jarak antara wilayah Kecamatan Tejakula dengan pusat Pemerintahan di Kabupaten, sering menyebabkan terjadinya keterlambatan penanganan.

Atas dasar itulah Pemerintah Kecamatan Tejakula melalui Seksi Trantibum dan Satpol PP merancang sebuah inovasi agar penanganan kedaruratan dapat dilaksanakan, sehingga ketika datang di lokasi bencana tidak hanya dikatakan duduk menonton, tetapi mampu melakukan upaya penanganan yang bersifat darurat oleh sebuah regu yang terlatilı dan sudah dilengkapi peralatan walaupun masih terbatas, sebelum bantuan yang lebih besar datang. Inovasi tersebut dinamakan RECAD, sebuah akronim dari Regu Cadangan Desa.

Regu Cadangan Desa adalah kelompok relawan yang beranggotakan 11 orang dan dikoordinir oleh 1 orang Satpol PP, bergerak bersama sebagai garda depan untuk melakukan langkah-langkah terorganisir dalam penanganan bencana awal, sebelum bantuan datang dan bertujuan untuk menstabilkan situasi dan kondisi. Ruang lingkup operasional yang ditangani RECAD meliputi penanganan kebencanaan di laut, darat dan akibat cuaca buruk yang disebabkan oleh angin. RECAD terdiri dari tiga tim yaitu Tim Windu Segara (bergerak di laut), Tim Jagat Tawang (bergerak didarat) dan Tim Gatot Kaca(bergerak akibat cuaca bunık).

Tugas utama RECAD adalah ınemberikan Edukasi, membantu secara Teknologi dan langkah-langkah Administrasi. RECAD secara intens melakukan upaya edukasi kepada masyarakat jika tejadi bencana. Hal ini sebagai langkah mitigasi bencana, sehingga masyarakat mendapat pengetahuan awal, jika terjadi bencana. Upaya Teknologi dilakukan pada saat terjadi bencana, dengan menggunakan peralatan yang dimiliki. Hal ini sebagai upaya Rehabilitasi dan langkah Administrasi ditempuh melalui pendataan potensi-potensi yang daint menimbulkan bencana dan saat terjadi bencana serta dampak yang ditimbulkan pasca bencana untuk dilaporkan kepada pihak terkait.

RECAD sepenuhnya akan didanai dari Pemerintah Desa dan pihak lain guna menunjang oprasional dan pemenuhan peralatan yang diperlukan. RECAD sebagai Lembaga non formal, bekerja berdasarkan urgensitas terhadap perkembangan yang terjadi dilapangan dan bermiitra serta bersinergi dengan dengan Lembaga formal lainnya yang ada di tingkat desa maupun kecamatan, sehingga misi yang diemban dapat terlaksana secara terkoordinir dan terukur.